Kamis, 25 April 2013

Wawancara




Wawancara atau review merupakan suatu bentuk komunikasi verbal atau semacam percakapan yang bertujuan untuk memperoleh informasi tertentu. Bila guru menanya siswa tentang keadaan lingkungan tempat ringgal, atau kkita menanya seorang guru tentang seluk-beluk pembelajaran, ini adalah wawancara. Namun, wawancara sebagai alat penelitian lebih sistematis. Wawancara tidak sekedar ngomong-ngomong atau percakapan biasa, tetapi percakapan yang memerlukan kemampuan pewawancara mengajukan pertanyaan yang dirumuskan secara tajam, halus dan tepat, dan kemampuan untuk menangkap buah fikiran orang lain dengan tepat dan cepat. Bila pertanyaan salah ditafsirkan, pewawancara harus mampu untuk merumuskan segera dengan kata-kata lain atau mengajukan pertannyaan  lain agar dapat dipahami oleh responden.
Keberhasilan pengumpulan data dalam wawancara sangat tergantung pada hal-hal sebagai berikut:
1)      Kemampuan pewawancara menciptakan hubungan baik dengan responden sehingga wawancara dapat berjalan dengan lancar
2)      Kemampuan pewawancara menyampaikan semua pertanyaan yang telah disiapkan kepada responden
3)      Kemampuan pewawancara untuk merekam semua jawaban lisan dari responden dengan teliti dan akurat
4)      Kemampuan pewawancara untuk menggali informasi lebih dalam (probing) dengan pertanyaan yang tepat dan netral.
Wawancara dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu wawancara berstruktur dan wawancara tak berstruktur. 
a.      Wawancara Berstruktur
Wawancara berstruktur dilakukan berdasarkan daftar pertanyaan yang telah disusun secara sisitematis dengan maksud dapat mengontrol dan mengatur berbagai dimensi wawancara itu. Misalnya pertanyaan yang diajukan telah ditentukan bahkan kadang-kadang juga jawabannya, demikian pula lingkup masalah yang akan ditanya harus dibatasi dengan jelas. Pada wawancara berstruktur, semua pertanyaan telah dirumuskan dengan cermat, biasanya secara tertulis. Pewawancara dapat menggunakan daftar pertanyaan yang telah disusun sewaktu melakukan wawancara atau bila mungkin menghafalkan diluar kepala agar percakapan lebih lancar. Jawaban atas pertanyaan dapat juga ditentukan lebih dahulu secara pilihan berganda.
Menurut Nasution (1987 : 154) wawancara berstruktur mempunyai beberapa keuntungan antara lain :
a)      Tujuan wawancara lebih jelas dan tepusat pada hal-hal yang telah ditentukan sebelumnya sehingga tidak ada bahaya bahwa percakapan akan menyimpang dari tujuan,
b)      Jawaban-jawaban mudah dicatat dan diberi kode, dan karena itu,
c)      Data lebih mudah diolah dan saling dibandingkan.
b.       Wawancara Tidak Berstruktur
Pada wawancara tidak berstruktur tidak disiapkan daftar pertanyaan sebelumnya. Pewawancara hanya mengkaji suatu masalah secara umum, misalnya kualitas pendidikan di indonesia. Pewawancara boleh menanyakan apa saja yang dianggap perlu dalam situasi wawancara itu. Pertanyaan tidak perlu diajukan dalam urutan yang sisitematis, bahkan pertanyaan tidak perlu sama dengan yang telah direncanakan atau boleh saja berubah asalkan dengan konteks yang sama. Namun, ada baiknya pewawancara mencatat pokok-pokok penting sebagai pegangan yang akan ditanyakan sesuai dengan tujuan wawancara. Responden boleh menjawab secara bebas menurut isi hati atau pikirannya. Lama wawancara juga tidak ditentukan dan diakhiri menurut kondisi dan keperluan pewawancara.
Kelebihan wawancara tidak berstruktur adalah mengandung “kebebasan”, sehingga responden secara spontan dapat mengeluarkan segala sesuatu yang dirasakan atau dipikirkan untuk dikemukannya. Dengan demikian, pewawancara memperoleh gambaran yang lebih luas tentang masalah yang diteliti karena setiap responden bebas meninjau berbagai aspek menurut pandangan dan pikiran masing-masing, dan dengan demikian dapat memperkaya wawasan atau informasi peneliti.
Namun, wawancara tidak berstruktur mengandung beberapa kelemahan. Di antara kelemahan itu adalah data yang diperoleh secara bebas ini sukar diberi kode, dan karena itu sukar diolah untuk saling diperbandingkan. Karena kesulitan ini maka peneliti dapat membatasi kebebasan itu dengan mengadakan struktur dalam pertanyaan, sehingga data yang diperoleh dapat disusun menurut sisitematika tertentu. Kelemahan lain adalah wawancara tidak selalu mengungkapkan hal-hal yang baru sehingga merupakan ulangan dari wawancara sebelumnya, yang berarti pemborosan waktu dan tenaga. Untuk mengatasi kelemahan ini dapat dilakukan dengan responden secara cermat. (Lufri, 2005 : 110-113)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar