Selasa, 30 April 2013

Skoring



A.      Skoring
Sementara orang berpendapat bahwa bagian yang paling penting dari pekerjaan pengukuran dengan tes adalah pengukuran tes. Jika alat tesnya sudah disusun sebaik-baiknya maka anggapannya sudah tercapailah sebagian besar dari maksudnya. Tentu saja anggapan itu tidak benar sama sekali. Penyusunan tes baru merupakan satu bagian dari serentetan pekerjaan mengetes.
Disamping penyusunan dan pelaksanaan tes itu sendiri, menskor dan  menilai merupakan pekerjaan yang menuntut ketekunan yang luar biasa dari penilai, ditambah dengan kebijaksanaan-kebijaksanaan tertentu. Nama lain dari menskor (skoring) adalah memberi angka.
Dalam hal pekerjaan menskor atau menentukan angka, dapat digunakan 3 macam alat bantu yaitu:
1.    Pembantu menentukan jawaban yang benar, disebut kunci jawaban.
2.    Pembantu menyeleksi jawaban yang benar dan yang salah, disebut kunci skoring.
3.    Pembantu menentukan angka, disebut pedoman peniaian.
Keterangan dan peggunaannya dalam berbagai bentuk tes.
1.        Kunci jawaban dan kunci pemberian skor untuk tes bentuk betul-salah
Untuk tes bentuk betul salah(true-false) yang dimaksud dengan kuni jawaban adalah deretan jawabrsiapkan untuk pertanyaan atau soal soal yang kita susun, sedangkan kunci skoring adalah alat yang kita gunakan untuk mempercepat pekerjaan skoring.
Bentuk betul salah sebaiknya disusun sedemikian rupa sehingga jumlah jawaban B hampir sama banyaknya denngan jawaban S,  dan tidak dapat ditebak karena tidak diketahui pola jawabannya.


2.        Kunci jawaban dan pemberian skor untuk tes berbentuk pilihan ganda
Dengan tes bentuk pilihan ganda,testee diminta melingkari salah satu huruf di depan pilihan jawaban yang disediakan atau membubuhkan tanda lingkaran atau tanda silang (X) pada tempat yang sesuai di lembar jawaban.

Untuk cara menjawab yang pertama,kita gunakan kunci jawaban,misalnya sebagai berikut:
1.      c
2.      a
3.      b
4.      b
5.      a
6.      c
7.      a
8.      a
9.      b
10.  c

Dalam hal menentukan kunci jawaban untuk bentuk ini langkahnya sama dengan soal bentuk betul salah.Hanya untuk soal yang jumlahnya lebih dari 30 buah, sebaiknya menggunakan lembar jawaban dan nomor nomor urutannya dibuat sedemikian rupa sehingga tidak memakan tempat.
Kunci pemberian skor untuk lembar jawaban misalnya sebagai berikut:
1.      a   b   c   d                                                      
2.      a   b   c   d
3.      a   b   c   d
4.      a   b   c   d
5.      a   b   c   d
6.      a   b   c   d
7.      a   b   c   d
8.      a   b   c   d
9.      a   b   c   d
10.  a   b   c   d

Dalam rangka menentukan angka untuk tes bentuk pilihan ganda, dikenal 2 macam cara pula yakni tanpa hukuman dan dengan hukuman. Tanpa hukuman apabila banyaknya angka dihitung dari banyaknya jawaban yang cocok dengan kunci jawaban.

Dengan hukuman menggunakan rumus:
N =
 
     
Dimana:
S = Score
W=Wrong
N = Banyaknya pilihan jawaban(pada umumnya di indonesia 3, 4, atau 5)
Contoh:
·         Banyaknya soal                                   : 10 buah
·         Banyaknya jawaban yang betul          :  8  buah
·         Banyaknya yang salah                                    :  2  buah
·         Banyaknya pillihan                             :  3  buah

Maka skornya adalah: 8  -    = 8-1 =7
                                   
           
3.        Kunci jawaban dan pemberian skor untuk tes bentuk kunci jawaban singkat(short answer test)
   Tes bentuk jawaban singkat adalah tes yang menghendaki jawaban berbentuk kata atau kalimat pendek. Melihat namanya,maka jawaban untuk tes tersebut tidak boleh berbentuk kalimat kalimat panjang, tetapi harus sesingkat mungkin dan mengandung satu pengertian. Dengan persyaratan inilah maka bentuk tes ini dapat digolongkan ke dalam bentuk tes objektif.
Tes bentuk isian, dianggap setaraf dengan tes jawab singkat ini.
Kunci jawaban tes bentuk ini merupakan deretan jawaban sesuai dengan nomornya.
Contoh:
1.      Berat jenis
2.      Mengembun
3.      Komunitas
4.      Populasi
5.      Energi
Bagaimana kunci pemberian skornya?
Dengan mengingat yang hanya satu pengertian saja, maka angka bagi tiap nomor soal mudah ditebak.
Usaha yang dikeluarkan oleh siswa sedikit, tetapi lebih sulit daripada tes bentuk betul salah atau pilihan ganda.Sebaiknya tiap soal ndiberi angka dua, dapat juga angka itu kita samakan dengan angka pada bentuk betul salah ataupilihan ganda, jika memang jawaban yang diharapkannya ringan atau mudah. Tetapi sebaliknya apabila jawabannya bervariasi misalnya lengkap sekali, lengkap dan kurang lengkap, maka angkanya dapat dibuat bervariasi pula misalnya 2;1,5; dan 1

4.        Kunci jawaban dan kunci pemberian skor untuk tes bentuk menjodohkan(matching)
Pada dasarnya tes bentuk menjodohkan adalah tes bentuk pilihan ganda, di mana jawaban dijadikan satu, demikian pula pertanyaan pertanyaannya. Dengan demikian, maka pilihan jawaban yang dipilih dibuat sedemikian rupa sehingga jawaban yang satu tidak diperlukan bagi pertanyaan lain.
Kunci jawaban tes bentuk menjodohkan dapat pula berbentuk deretan jawaban yan dikehendaki atau deretan nomor yang diikuti oleh huruf huruf yang terdapat di dapan alternatif jawaban.
Contoh:
1.      Tahun 1922 atau I. F
2.      Imam bonjol atau 2. C
3.      Perang badri atau 3. H
4.      Teuku umar atau 4. A
5.      P.Diponegoro atau 5. B
Telah dijelaskan bahwa tes bentuk menjodohkan adalah tes bentuk pilihan ganda yang lebih kompleks. Maka angka yang diberikan sebagai juga harus lebih banyak.
e.  Kunci jawaban dan kunci pemberian skor untuk tes bentuk uraian(essay test)
1.      Berdasarkan pada norma kelompok(norm referenced test)
Sebelum menyusun sebuah tes uraian  sebaiknya kita tentukan terlebih dahulu pokok pokok jawaban yang dikehendaki.dengan demikian, maka akan mempermudah kita dalam pekerjaan mengoreksi tes itu.
Tidak ada jawaban yang pasti terhadap tes bentuk uraian ini. Jawaban yang kita peroleh akan sangat beraneka ragam,barada dari satu siswa ke siswa lain. Ada sebuah saran ,langkah langkah apa yang harus kita lakukan pada waktu kita mengoreksi dan memberi angka tes bentuk uraian.saran tersebut adalah sebagai berikut:
·         Membaca soal pertama dari seluruh siswa untuk mengetahui situasi jawaban, kita dapat memperoleh gambaran lengkap tidaknya jawaban yang diberikan siswa secara keseluruhan.
·         Menentukan angka untuk soal pertama tersebut.Misalnya jika jawaban lengkap diberi angka 5, kurang sedikit diberi angka 4, begitu seterusnya.
·         Memberikan angka bagi soal pertama
·         Membaca soal kedua dari seluruh siswa untuk mengetahui situasi jawaban,dilanjutkan dengan pemberian antuk soal kedua.
·         Mengulangi langkah langkah tersebut bagi soal soal tes ketiga, dst.
·         Menjumlahkan angka angka yang diperoleh oleh masing masing siswa untuk tes bentuk uraian
Setelah mempelajari langkah langkah teersebut kita tahu dengan membaca terlebih dahulu seluruh jawaban yang diberikan oleh siswa, kita menjadi tahu bahwa tak seorangpun dari siswa yang menjawab betul untuk suatu nomor soal
2.      Berdasarkan pada standar mutlak(criterion referenced test)
·         Membaca setiap jawaban jawaban yang diberikan oleh siswa dan dibandingkan dengan kunci jawaban yang telah kita susun
·         Membubuhkan skor disebelah kiri disetiap jawaban.ini dilakukan per nomor soal
·         Menjumlahkan skor skor yang telah dituliskan pada setiap soal, dan terdapatlah skor untuk bagian soal yang berbentuk uraian
Kesulitan yang sering dihadapi adalah pada saat pemberian nilai terhadap preestasi belajar siswa tanpa memberikan skor terlebih dahulu, kesulitan lain adalah seperti menilai ujian skripsi
Dalam menentukan niali terhadap tiap tiap aspek ini pun kita dituntut untuk memberikan pertimbangan yang didasari  oleh kebijaksanaan. Sebenarnya kita dapat mengambil salah satu dari dua cara:
·         Bertitik tolak dari batas bawah, yaitu berfikir dari pekerjaan yang paling jelek diberi nilai berapa, kemudian membandingkan hasil pekerjaan yang kita hadapi dengan nilai batas bawah tersebut. Dari batas bawah ini kita memberi tambahan nilai sebanyak jarak antara niali batas bawah dengan pekerjaan mahasiswa, jadi kita barangkat dari bawah, lalu naik naik.
·         Bertitik tolak dari plafon atau batas atas. Dengan cara ini kita berfikir megenai kesempurnaan pekerjaan tetapi diukur menurut ukuran mahasiswa bukan diukur dengan kemampuan dosen atau ahli yang kita kagumi. Selanjutnya berangkat dari nilai batas atas tersebut kita kurangkan sedikit sedikit sejauh kesenjangan antara nilai batas dengan pekerjaan mahasiswa yang kita hadapi.
f.  Kunci jawaban dan kunci pemberian skor untuk tugas
Kunci jawaban untuk memeriksa tugas merupakan pokok pokok yan harus termuat dalam pekerjaan siswa.Hal ini menyangkut kriteria tentang isi tugas
T olak ukur yang disarankan sebagai ukuran keberhasilan tugas adalah:
1.      Ketepatan penyerahan tugas
2.      Bentuk fisik pengerjaan tugas yang menandakan keseriusan mahasiswa dlam mengerjakan tugas
3.      Sistematika yang menunjukkan alur keurutan pikiran
4.      Kelengkapan isi menyangkut ketuntasn penyelesaian dan kepadatan isi
5.      Mutu hasil tugas, yaitu kesesuaian hasil dengan garis garis yan sudah ditentukan oleh dosen
Dalam mempertimbangkan nilai akhir perlu dipikirkan peranan masing masing aspek kriteria tersebut,misalnya demikian:

A1 – Ketepatan waktu,diberi bobot 2
A2 – Bentuk fisik ,diberi bobot 1
A3 – Sistematika,diberi bobot 3
A4 – Kelengkapan isi,diberi bobot 3
A5 – Mutu hasil,diberi bobot 3
Maka nilai akhir untuk tugas tersebut,diberikan dengan rumus:
NAT=2 X A1 +1 X A2 + 3 X A3+ 3 X A4 + 3 X A5
                                   12
NAT adalh nilia akhir tugas
Selain untuk jawaban tes, skoring juga bisa dilakukan untuk menilai angket. Setelah mengumpulkan angket,semua data yang kembali perlu dinilai secara tepat dan konsisten,karena setiap angket merefleksikan sosok individu yang telah memberikan kontribusi dan berpartisipasi dalam menjawab angket yang telah dikirimkan responden kepada tim peneliti. Kemudian setelah nilai tiap faktor diketahui maka dilakukan teknik skoring. Teknik skoring dilakukan untuk memperoleh data kuantitatif. Tahapan dalam terbagi menjadi 4 tahap yaitu :
  1. Pentabulasian hasil kuesioner yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya.
  2. Penyesuaian nilai dari tiap-tiap faktor dengan skala pengukuran likert yang digunakan.
  3. Menghitung nilai indeks dari tiap-tiap faktor, dengan cara masing-masing jawaban dikalikan dengan bobot/skoring jawabannya.
  4. Hasil skoring dikembalikan lagi pada nilai skala respon untuk menghasilkan interpretasi
Setiap angket harus diskor dengan cara dan kriteria yang sama. Cara menskor yang paling baik adalah dengan cara manual. Karena lebih teliti dan memiliki sensitivitas tinggi bila terjadi penyimpangan. Akan tetapi dalam jumlah yang besar seperti pengambilan skor dari hasil angket ujian masuk ke perguruan tinggi, misalnya cara yang paling tepat adalah menggunakan jasa komputer. Untuk mencapai tujuan tersebut, format angket disusun sedemikian rupa sehingga mesin komputer dapat membaca dengan mudah. Persiapan tersebut termasuk menggunakan pensil tertentu dan kertas yang format dan besarnya sudah tertentu pula.Prinsip metode melakukan skoring,baik yang dilakukan dengan manual maupun dengan komputer adalah sama. Mereka mengelompokkan dari jawaban yang ada dan kemudian menempatkannya pada tempat yang semestinya.Yang perlu diperhatikan dalam skoring adalah perlu adanya ketepatan yang tinggi atau dengan kata lain,kesalahan yang ditimbulkan oleh prosedur skoring harus minimal.
Kompleksitas proses skoring data pada umumnya tergantung dari jenis angket jawaban yang kembali yang didalamnya termasuk angket tertutup dan angket terbuka.
Melakukan skoring dari hasil kuesioner tertutup pada umumnya lebih mudah dan lebih cepat jika dibandingkan dengan hasil kuesioner yang terbuka atau jawaban bebas.Karena dengan angket tertutup jawaban sudah diberikan alternatif dengan kelompok jawaban yang sudah ada.Sehingga peneliti tinggal memasukkannya dalam kriteria masing-masing.Untuk angket terbuka,jawabannya masih berupa uraian luas. Oleh karena itu,perlu dilakukan dengan cara disaring dan dikelompokkan menurut jenis dan kategori jawaban.
Hasil skoring ini perlu dicek kembali agar memiliki ketepatan yang tinggi. Karena jika tidak dicek ada kemungkinan terjadi kesalahan dalam melakukan skoring yang dapat mengakibatkan terjadinya kesalahan pada langkah-langkah selanjutnya. Jika banyak terjadi kesalahan, maka data tidak akan valid lagi dan tidak dapat diterima. Oleh karena itu pengecekan kembali sangat perlu dilakukan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar